Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Assalamualaikum, Wr.Wb.

Salam dan Bahagia!

Hi ! Apa Kabar Bapak dan Ibu guru hebat, kembali saya disini berbagi kepada seluruh rekan guru di Indonesia, yang kali ini bercerita tentang pengalaman saya di program guru penggerak, khususnya pembahasan pada modul 3.1

Saya Mahfud Tri Gunawan adalah salah satu calon guru penggerak Angkatan 11 Kab. Ngawi, dalam program CGP ini, saya dibimbing oleh Fasilitator Hebat, Bapak Sudiarto dan Pengajar Praktik yang keren Bapak Joko Edy Purwanto.  Pada sesi koneksi antar materi kali ini, saya ingin berbagi tentang “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Seorang Pemimpin. Artikel ini dimulai dengan kalimat pemantik berikut ini :

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Menurut saya adalah penting bagi kita sebagai seorang guru mengajarkan hard skill kepada siswa kita, yang tentunya bermanfaat dan dapat diimplementasikan di dunia kerja, tapi yang tak kalah penting soft skill juga harus dipelajari oleh siswa.  Manusia yang dilahirkan sebagai makhluk sosial yang sangat bergantung kepada manusia lainnya, perlu dipahamkan tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi. Seperti bagaimana kemampuan mereka beradaptasi dengan orang lain, berkomunikasi, berempati, bekerja sama dalam sebuah tim, leadership, dan tentunya tak kalah penting mengedepankan adab. Seorang tokoh sufi Yusuf bin Al Husain AL-Razi mengatakan bahwa “Hanya dengan Adab, engkau akan memahami ilmu”. Yang artinya orang-orang yang memiliki ilmu tapi tidak disertai dengan adab maka hanya akan berujung pada kesombongan.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut pendapat saya, jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang sudah saya jalani dari setiap modul. Bahwa pendidikan itu tidak hanya sekedar menstranfer ilmu/materi  kepada anak, tetapi juga perlu penanaman karakter, dan dapat memahami bagaimana anak adalah objek yang  akan berproses dalam rangka menjalankan kehidupannya kelak, tentunya dengan kepribadian yang luhur serta memberi manfaat bagi sekitarnya. Seni yang dimaksud disini, dalam pengajaran kita juga melibatkan perasaan dan nilai diluar dari ilmu yang kita peroleh sebagai seorang guru, dimana guru juga harus mampu menyiapkan scenario pembelajaran dengan memperhatikan minat dan perhatian dari murid. Sehingga membantu melatih daya pikir, kepekaan, rasa dan karsa.

Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, berikut ini adalah rangkuman ,berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1,  ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.   dengan harapan dapat menginspirasi pembaca, dan memberikan umpan balik melalui komentar, terhadap kegiatan kami CGP Angkatan 11. 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Filosofi yang mengartikan peran guru untuk menjadi soerang pemimpin,  yang di depan  menjadi suri tauladan, ditengah memotivasi dan dibelakang memberikan dukungan dan semangat. Artinya bagimana Pendidikan itu berpusat kepada peserta didik, berhamba kepada murid, dan guru adalah sebagai fasilitator yang mampu menerapkan Pratap Triloka yang dimaksud. Kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin adalah, bahwa setiap pengambilan keputusan didasarkan kepada nilai nilai kebajikan, bertanggung jawab dan memperhatikan keberpihakan kepada murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Kolaboratif, Reflektif, inovatif, mandiri serta berpihak pada murid, merupakan nilai-nilai guru penggerak yang sudah meninternalisasi ke dalam diri calon guru penggerak. Bagaimana pengaruh nilai-nilai yang tertanam terhadap prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan adalah, bagaimana seorang pemimpin mampu berkolaborasi dengan rekan sejawat, tim manajemen maupun lingkup yang lebih luas, untuk Bersama sama menyelesaikan sebuah kasus, dan nilai keberpihakan kepada murid, menjadi salah satu penentu untuk menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan, apakah berbasis hasil akhir, peraturan atau  berbasis rasa peduli.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan keterampilan yang tentunya tidak kalah penting dalam rangka  menggali permasalahan pada seseorang dengan menerapkan alur TIRTA. Dan coachee menghasilkan solusi sendiri, berkat percakapan yang dilakukan oleh coach. Langkah TIRTA menurut saya dapat dikombinasikan dengan Sembilan Langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat diartikan sebagai dasar penguatan lima kompetensi sosial dan emosional. Dalam hal ini kesadaran yang muncul Ketika seseorang memberikan perhatian secara sadar, terhadap sebuah kondisi. Kaitannya dengan pengambilan sebuah keputusan, adalah bagaimana mindfulness tadi menghadirkan guru untuk memiliki rasa ingin tahu tanpa menghakimi, untuk menyikapi, memproses dan merespon permasalahan, sehingga pengambilan keputusanpun tentu perlu difikirkan untuk efek dimasa mendatang.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Kolaborasi sebagai salah satu nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik, memungkinkan kita untuk membahas studi kasus dengan menghadirkan pendapat orang lain, terbuka terhadap masukan dan saran, serta bagaimana kemampuan kita berelasi dengan orang lain, yang bermuara kepada hasil kesepakatan Bersama.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Kelengkapan sebuah informasi, yang berasal dari fakta, data, logis dan objektif, tentunya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat. Sebelum sampai ke tahap pengambilan keputusan, seperti yang telah disampaikan pada point diatas, bahwa perlunya melibatkan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan masukan dan saran. Terkadang untuk sebuah kasus, yang memang sudah ada regulasi yang ditetapkan, adalah penting menurut saya perlu melakukan beberapa pendekatan, serta kebijakan, tanpa perlu menekankan kepada hukuman atau sanksi. Yang pada akhirnya dapat menciptakan suasana positif, kondusif, aman dan nyaman yang dimaksud.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Setiap pengambilan keputusan tentu akan ada yang pro dan kontra. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan  terhadap kasus yang sifatnya dilema etika, yaitu Ketika harus cepat memutuskan keputusan yang diambil di hari yang sama. Sehingga terkesan tergesa-gesa. Tantangan berikutnya kurangnya pemahaman rekan sejawat, dan komitmen dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga bagaimana meminimalisir kepentingan-kepentingan yang tidak berpihak kepada murid, selalu saja menimbulkan permasalahan baru tapi versi lama, yang kemudian hasil keputusan itu juga sulit untuk dapat memuaskan semua pihak.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Berangkat dari filosofi KHD, bagaimana Pendidikan yang berhamba kepada murid. Ini juga yang melandasi bahwa setiap pengambilan keputusan juga harus berpihak kepada murid. Pembahasan ini tentu saja tidak serta merta kita dapatkan. Melalui berbagai asesmen, kesiapan belajar murid, akan memudahkan bagi kita untuk merancang pengajaran yang dapat memerdekakan murid. Salah satu ciri dari penerapan kurikulum merdeka, bahwa adalah penting bagi kita untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berdiferensiasi, yaitu menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individu setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan berupa pengetahuan yang dimiliki, gaya belajar, serta minat.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pemahaman tentang ketersediaan data yang dilakukan melalui berbagai asesmen (baik itu asesmen awal (segi kognitif dan non kognitif) dilaksanakannya asesemen formatif dan sumatif, menurut saya akan memudahkan pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat, yang ending berpengaruh kepada kehidupan murid-murid.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Menurut saya terdapat korelasi dari setiap modul yang saya pelajari. Dimulai dari Pemahaman utuh terhadap filosofi KHD, akan menuntun pemimpin pembelajaran, untuk mengambil sebuah keputusan. Begitu juga dengan peran-peran yang kita miliki, akan menghasilkan sebuah keputusan yang bijaksana. Memiliki data yang lengkap, melakukan asesmen, akan membuat kita mampu merancang kegiatan pembelajaran yang berdiferensiasi, disitulah letak bagaimana merdeka belajar, dengan memperhatikan kebutuhan murid tadi. Selanjutnya keterampilan guru dalam menerapkan KSE dalam pembelajaran ataupun dalam kesehariannya akan berpengaruh kepada perilaku dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Dan tidak kalah penting, akhir dari modul ini, pemimpin pembelajaran dipandu oleh 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta memahami kategori kasus dilemma etika atau bujukan moral, dengan memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

 Dilema etika (benar vs benar) merupakan situasi sulit di mana seseorang harus menentukan pilihan yang secara moral keduanya benar tapi bertentangan dalam mengambil keputusan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) adalah situasi ketika seseorang harus menentukan keputusan antara benar atau salah. Mengenal nilai-nilai yang saling bertentangan ini dengan baik, merupakan Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan. kedua kita harus mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat dalam situasi tersebut, ketiga perlu mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya berupa fakta fakta yang relevan. Keempat Pengujian benar salah termasuk ke dalamnya (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan). Kelima  melakukan pengujian paradigma benar lawan benar (apakah termasuk kategori individu vs kelompok, keadilan vs kasihan, kebenaran vs kesetiaan, dan jangka pendek vs jangka Panjang). Keenam melakukan prinsip resolusi (berfikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli). Ketujuh perlunya investigasi opsi trilemma yaitu Mencari opsi kreatif di luar dua pilihan yang muncul awalnya, mencoba mencapai kompromi atau solusi yang memenuhi kepentingan semua pihak. Kedelapan, membuat keputusan dan kesembilan keputusan di pantau serta di refleksikan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah ikut serta mengambil keputusan dalam situasi moral dilema etika. Waktu itu saya hanya memahami bahwa pengambilan keputusan berbasis kepada peraturan, artinya apa yang sudah menjadi ketetapan, maka kita harus patuh dan taat dengan peraturan itu, tanpa berfikir sebenarnya setiap peraturan yang sudah ditetapkan harusnya di evaluasi Kembali, apakah ada perubahan yang diperlukan. Setelah mempelajari modul ini, tentunya ada perbedaan. Dimana dengan panduan 9 langkah pengambilan dan pengujian, maka kekhawatiran terhadap keputusan yang diambil, dapat dikuatkan Kembali.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, jujur ada kekhawatiran yang muncul atas apa yang sudah diputuskan, adanya keraguan atau bahkan kekecewaan dari orang lain (bisa jadi individu yang diputuskan). Walaupun dirasa sudah menggunakan galian fakta, saran saran terbuka lainnya, berkolaborasi dengan rekan kerja. Sampai bermuara kepada  pengambilan keputusan, dan ternyata setelah saya sampai di modul ini, saya justru baru mengetahui, bahwa ada Langkah-langkah yang memandu pemimpin dalam mengambil keputusan, termasuk daftar checklist, yang salah satunya menguji benar atau salah. Ditambah lagi penguatan di awal sebagaimana penginternalisasian filosofi KHD dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah, tentang bagaimana setiap keputusan itu mengerucut kepada keberpihakan kepada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya sangat penting, karena ini menyangkut kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Bagaimana dapat memahami bahwa sebuah keputusan pasti akan memberikan dampak. Bisa positif atau bahkan negative, tentunya dengan kemampuan memaknai dengan baik 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan, diharapkan akan memberikan keputusan yang bijaksana tersebut.***

 

Demikian Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1 ini saya buat, untuk dapat dijadikan sebagai pemahaman lebih lanjut lagi, dan apreasiasi dari pembaca,baik berupa saran dan masukan. Terimakasih, Wassalamualaikum Wr.Wb

Salam Guru Penggerak

Tergerak, bergerak dan menggerakkan

 

2 Replies to “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *